Usianya masih begitu belia, namun
prestasi yang diraihnya patut diajungi jempol. Marta Wella begitu
dara kelahiran 14 Maret 1995 akrab di sapa. Putri pasangan Hitler dan
Mazraini berhasil menemukan pestisida nabati GS3. Penemuannya tersebut
bisa mengatasi serangan hama dari tanaman padi, cabe dan kakoa. Kini,
penemuan yang diciptakan oleh remaja 18 tahun ini, telah banyak
membantu para petani di Pangkalan Koto Baru Limapuluh Kota.
Martha Wella sehari –hari
hanya dikenal sebagai gadis yang periang. Sehabis pulang sekolah dia
membantu orangtua laki-lakinya menyiapkan racikan sate. Setelah
racikan sate tersebut selesai, Wella pun lalu membantu ibunya ke kebun
getah. Saat ia pergi menderes tersebutlah, dia mulai mengenal
banyak tanaman yang tumbuh di hutan. Setiap kali, ia akan menderes
getah bersama ibunya, ia selalu digigit nyamuk. Ia pun berpikir
untuk menghindari gigitan nyamuk tersebut. Salah satu cara yang
dilakukannya dengan mengosokan serai ke badannya. Dengan aroma serai
yang khas, nyamuk tidak lagi mengigit kulitnya.
Saat tanaman padi milik neneknya terancam
gagal panen, Wella pun berpikir keras, formula apa yang pas untuk bisa
mengurangi beban neneknya tersebut. Dia pun mempelajari manfaat
tanaman yang ada satu persatu disekelilingnya. Tujuannya, agar dapat
diketahui penyebab terjadinya serangan hama. Pada saat itulah. Ia
menjatuhkan pilihan pada tanaman daun gambir, sirsak, sirih dan serai.
Untuk mendapatkan tanaman yang
dibutuhkannya, ia pergi bersama ibunya ke ladang. Lalu, ia mencoba
mengabungkan keempat tanaman tersebut dalam satu tempat. Ia
menambahkan air lalu memblender 4 jenis tanaman tadi. Sehingga, ia
mendapatkan cairan dari 4 tanaman tersebut. Lalu, Wella
mencobanya terhadap tanaman padi milik neneknya yang terserang
pianggang dan ulat. Wella mengambil semprotan dan menyemprotkan
cairan itu pada tanaman padi tersebut.
”Setelah saya coba, Alhamdulillah saya
berhasil. Dalam membantu temuan tersebut, guru pembimbing saya di SMKN
1 Pangkalan Kota Baru sangat banyak membantu dengan mengenalkan
berbagai fungsi jenis tanaman. Saya pun berhasil menemukan
formula pestisida nabati GS3,” ujarnya kepada Padang Ekspres, kemarin (26/10).
Dia mengatakan formula pestisida nabati
yang ditemukannya tersebut, tidak memiliki dampak terhadap kesehatan
manusia.Hal ini berbeda, dengan pestisida kimia. Pestisida nabati
GS3 yang ditemukannya tersebut tak hanya aman, namun juga bisa
meningkatkan produktivitas tanaman. Dengan, berhasil memberantas
hama penyakit tanaman, maka otomatis produktivitas tanaman akan
semakin meningkat.
Dia tak hanya melakukan uji coba hasil
penemuannya di sawah milik neneknya, namun juga mencobakan
penemuannya tersebut di lahan percoban di sekolahnya. Saat ini,
para petani yang ada di lingkungan tempat tinggalnya, sudah mulai
memanfaatkan hasil formula ciptaannya tersebut. Katanya, tujuannya
untuk menciptakan formula itu, tak hanya sekedar untuk membantu
neneknya, namun ia prihatin terhadap nasib para petani gambir
didaerahnya. Disaat harga gambir tinggi, maka petani meraup untung
yang tak sedikit, namun ketika harga gambir murah, maka petani
gambir langsung berkurang kesejahteraannya.
”Inilah yang membuat saya berpikir untuk
bisa memanfaatkan potensi gambir ini. Dengan begitu, orang tak lagi
hanya melihat gambir tersebut sebagai barang yang hanya dilirik
saat harganya tinggi. Saya juga merasa tertantang untuk bisa
mengembangkan produk gambir yang merupakan produk unggulan Sumbar,”
ujarnya.
Dia bercerita, saat tanaman tetangganya
terserang hama, dia juga menyarankan agar tetangganya menggunakan
pestisida alami. Namun, untuk tahap awal, ia membuat sendiri pestisidi
tersebut. Dia membuat pestisida alami tergantung dengan jenis
penyakit tanaman. Awalnya, ia memberikan sebotol pestida alami
untuk diujicoba pada tanaman yang terserang hama. Namun, jika sudah
terlihat ada perubahannya, ia mengajarkan agar petani membuat
sendiri pestida alami untuk penanggulangan serangan hama tanaman.
”Awalnya, Wella buat sendiri formulanya.
Setelah itu, baru diajarkan untuk membuat pestisida alami. Pestisida
alami ini kan tak perlu biaya mahal untuk membuatnya, cukup
memanfaatkan tanaman yang ada disekeliling kita saja,” ujar
anggota Ikatan Pemuda Nagari Pangkalan ini.
Dengan menggunakan pestisida alami
tersebut, petani tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas
hasil tanamannya, namun juga dapat mengurangi biaya produksi
tanamannya. Sebab, pestida kimia tidak dimanfaatkan lagi, namun
digantikan dengan pestida alami.
”Biaya yang dikeluarkan petani tentu jadi
lebih murah. Ini tentunya keuntungan yang bisa diterima petani dengan
memanfaatkan pestisida alami tersebut,” ujar pelajar SMK Negeri 1
Kec. Pangkalan Koto Baru yang baru saja menyelesaikan
pendidikannya disekolah tersebut.
Mahasiswa Jurusan Teknologi Pengolahan
Hasil Pertanian Universitas Andalas ini menyebutkan, ia sangat
menyukai sesuatu yang berkaitan dengan alam serta hal- hal yang
berkaitan dengan tanaman pertanian. ”Saya memang sangat menyukai
sesuatu yan berkaitan dengan alam. Makanya, saya terus berusaha
untuk terus berkarya,” ujarnya.
Juara Pertama Bidang Kepeloporan
Teknologi Tepat Guna Provinsi Sumbar ini bercerita, dalam
menciptakan hasil karya, dukungan ibunya sangat besar. Dimana sang
ibu, dengan penuh kesabaran selalu mendampingi putrinya untuk
mencari bahan- bahan yang dibutuhkan untuk penelitian. Tak jarang,
sang ibu juga menemani sampai dia menyelesaikan hasil penelitian.
”Peranan ibu sangat penting sekali.
Karena ibu yang selalu menemani Wella mencari bahan yang dibutuhkan.
Ayah juga membantu dengan terus memberikan support bagi Wella
untuk terus berkembang,” ujarnya. (***)